Janji


JANJI
Aku janji, berjanjilah, i promise, inshaallah..
Semua kata-kata itu sering terucap dari mulut kita. Baik dengan penuh kesadaran ataupun tidak karena terdesak pada situasi yang rumit. Janji, hanya sebuah kata sederhana. Tapi tahukah kalian seberapa besar kekuatan kata itu??? Aku rasa itu sebuah pertanyaan klise yang kalian semua tahu jawabannya. Janji, bukanlah sebuah kata tanpa makna. Ia bahkan memiliki arti tersendiri bagi yang memilikinya. Janji, tidak harus diikrarkan. Juga tidak selalu dibenarkan.
Hemm, ada yang aneh dengan kata-kataku diatas tadi??
Yap, janji tidak selalu dibenarkan. Loh, kenapa bisa begitu??
Pernahkah kalian berpikir tentang subjek dari janji tersebut? Ketika seorang berjanji pada dirinya sendiri, pada orang lain, apa yang dijanjikan?? Sebuah kebahagiaan? Atau pengabdian? Mungkin janji untuk memberikan sesuatu?? Janji untuk melakukan perubahan?? Dan masih banyak lagi.. tapi pernahkah kita berpikir, apa janji itu dapat dibenarkan atau tidak? Pasalnya ada janji yang mungkin seharusnya tidak pernah kita beri atau terima dari orang lain. Kenapa? Karena tidak layakkah?
Itu dia jawabannya, ada janji yang tidak layak untuk dipenuhi. Karena hal yang dijanjikan itu tidak sesuai dengan apa yang menjadi tuntunan hidup, atau lebih ekstrim lagi..rasanya tidak perlu diperjelas untuk masalah ini. Yang pasti, ketika subjek itu tidak dapat dibenarkan, maka dengan sendirinya janji itu telah dibatalkan.
Janji tidak harus diikrarkan..
Aku akan membahagiakan kedua orang tua dengan tanganku sendiri. See? Apa itu termasuk janji? Jawabannya YA. Dan ketika kamu memiliki niaatan seperrti itu, apa kamu harus mengucapkannya di hadapan orang banyak? Cukup dengan dirimu sendiri. Karena ada saksi yang tanpa kita minta Dia selalu menyaksikan setiap janji yang kita buat. Di hatimu, pasti kalian pernah membuat janji. Tanpa diikrarkan.. lalu, yang menjadi pertanyaannya sekarang., apa janji itu benar dari hati kalian, atau hanya karena kalian berada dalam sebuah kondisi tertentu?? Dan kalian harus berjanji untuk meyakinkan seseorang. Seperti yang aku katakan tadi, ada janji yang tidak dapat dibenarkan. Ini dia contohnya. Berjanji hanya karena kalian sangat sulit untuk meyakinkan seseorang, itu tidak dapat dibenarkan. Kenapa sih??
Berjanji dalam kondisi seperti itu, sama halnya seperti membohongi orang lain. Disamping itu, membuat seseorang yakin akan sesuatu tidak harus dengan berjanji. Tapi kalian bisa menggunakan hati kalian untuk hal tersebut. Bagaimana jika sudah terlanjur berjanji? Bukankah janji harus ditepati? Yah, itu memang benar. Tapi, bukti saja tidak akan cukup, benarkah?? Atau malah bukti itu bisa tidak berguna sama sekali? Sebuah bukti, erat kaitannya dengan apa yang telah kita lakukan untuk memenuhi janji tersebut. Ya. Tapi, ada lagi yang lebih penting dari bukti. Apa itu? Sebuah KEPERCAYAAN. Bukti mana yang akan berguna jika tidak dilandasi dengan kepercayaan terhadap janji tersebut?????
Ketika seseorang berjanji padamu, apa kau telah mempercayainya?? Benarkah kau telah percaya?? Bagaiman kau bisa tahu bahwa kau telah percaya sedangkan kau selalu menagih janji itu?? Itu yang dinamakan percaya?? Apa seperti itukah janji bagi kalian?? Apa gunanya berjanji jika orang yang diberikan janji tidak percaya pada yang memberi janji?? Semua itu tergantung bagaimana kalian akan menyikapinya. Janji itu kuat ketika kalian percaya, dan akan selalu terjaga walau waktu tidak pernah mengizinkan kalian untuk menepati janji itu, dan lihatlah ketulusan dari orang yang memberi janji, jangan hanya melihat bukti apa yang telah diperbuat. Tapi janji akan musnah jika kalian tidak percaya akan janji itu. Hal yang menyakitkan, tapi tidak bisa kalian abaikan..
Ketika janji telah terucap, dan kemudian diingkari, apa yang kamu pikirkan tentang orang yang menginkari janji??? Apa kau bisa melihat alasan dibalik pengingkaran itu? Apa penyebab seseorang melanggar janjinya pada kita? Sudahkah kita melihat, penyebab utama orang itu mengingkari janjinya? Karena apa? Ia yang tak bisa dipercaya? Bagaimana bisa kita berbicara seperti itu sedang kita tidak mempercayainya? Lalu kenapa kita tidak percaya? Karena telah berulang kalikah janji itu diingkari? Itu tidak bisa kita jadikan alasan untuk tidak mempercayai dia yang berjanji kemudian mengingkarinya. Apa kita sudah lupa? Kita pernah berjanji pada Dia, lalu mengingkarinya? Tidak? Aku yakin, pasti pernah, tanpa kita sadari. Seberapa banyakkah kita berjanji padaNya kemudian mengingkarinya? Kita tidak memiliki hak untuk tidak memberi keseempatan pada orang yang telah ingkar, sementara Allah Maha Pemurah. Tapi kita bukan Allah yang begitu sempurna, BULSHIT ! alasan itu hanya digunakan oleh orang yang tidak mau mengakui kelemahannya.
Dan bagi kita yang melanggar janji, sudah sepatutnya kita malu, karena tidak bisa mempertanggung jawabkan apa yang keluar dari mulut kita. Tapi ingatlah, selalu ada 2 sisi pada sebuah koin. Maaf tidak akan cukup, tapi cukup Allah yang tahu bagaimana semua itu terjadi..wallahu’alam
Didunia ini tidak ada benar maupun salah, yang ada hanya baik atau kurang baik..

0 komentar:

Posting Komentar